Raphinha Angkat Bicara Soal Ballon d'Or 2025, Tunjukkan Sikap Mengejutkan di Tengah Persaingan Ketat

Perburuan Ballon d'Or 2025 semakin memanas, dan nama Raphinha muncul sebagai salah satu kandidat setelah musim gemilang bersama Barcelona. Namun alih-alih menunjukkan optimisme, sang winger asal Brasil justru mengundang perhatian karena respons mengejutkannya terkait peluang meraih penghargaan individu paling prestisius di dunia sepak bola itu.
Musim 2024/2025 menjadi titik puncak karier Raphinha. Ia tampil konsisten dan menjadi motor serangan Barcelona yang sukses menjuarai La Liga serta mencapai semifinal Liga Champions. Kontribusinya menjadikannya salah satu pemain kunci dalam skuat Xavi Hernandez, yang kini kembali diperhitungkan di Eropa.
Namun, kompetisi untuk Ballon d'Or tahun ini sangat sengit. Nama-nama seperti Lamine Yamal, Ousmane Dembele, hingga Mohamed Salah juga mencuat sebagai favorit kuat. Di tengah euforia pencalonan, Raphinha justru memberi isyarat pesimistis ketika menyukai sebuah unggahan media sosial yang menyindir "kutukan" pemain Brasil di Ballon d'Or.
Postingan tersebut memuat potret Neymar, Vinicius Jr, dan Raphinha disertai narasi sinis: "Sepertinya sejarah akan terulang, sayangnya." Unggahan itu merujuk pada kegagalan Neymar di 2016 dan Vinicius yang kalah dari Rodri pada edisi 2024. Aksi ‘like’ Raphinha di postingan ini dinilai sebagai bentuk pengakuan bahwa ia juga merasa tidak akan menang.
Bukan hanya Raphinha yang meragukan arah penghargaan Ballon d'Or. Cristiano Ronaldo pun turut mengomentari bahwa penghargaan tersebut kini kehilangan kredibilitas. "Penghargaan individu sudah kehilangan konsensus," ujar Ronaldo. Ia menyatakan bahwa kini tidak ada lagi standar pasti, dan menyebut bahwa pemenang Liga Champions-lah yang seharusnya paling layak.
Ronaldo juga menyebut Lamine Yamal dan Dembele sebagai pesaing terkuat tahun ini, namun menekankan bahwa trofi individu kini tidak lagi memiliki makna yang sama seperti dulu. Dengan suasana penuh kontroversi dan perdebatan ini, Ballon d'Or 2025 diprediksi menjadi salah satu edisi paling kontroversial dalam sejarah penghargaan tersebut.